TINJAUAN
UMUM PANDANGAN DUNIA TEKNOLOGI KOMUNIKASI
DALAM
KEHIDUPAN BUDAYA
Tak bisa dipungkiri lagi bahwa berkembangnya teknologi
informasi dan komunikasi akan sangat pesat dari hari ke hari selama manusia itu
masih memiliki sifat keingintahuan akan sesuatu hal. Awal mula perkembangan
dunia teknologi mungkin hanya bermula dari bagaimana kita dapat menyelesaikan
permasalahan secara cepat dan efisien. Lalu berkembang menjadi kebiasaan yang
lama kelamaan akan menggeser kebudayaan suatu bangsa. Perkembangan ini memicu
manusia untuk menemukan cara-cara yang lebih efisien dalam melakukan aktifitas,
dari segi waktu maupun biaya tentunya. Terlebih untuk dunia informasi dan
komunikasi. Teknologi ini mampu menghilangkan batasan seperti jarak, waktu dan
biaya. Sebagai contoh, dahulu kalau kita
ingin bertukar kabar dengan seseorang kita harus ke kantor pos, tetapi sekarang
cukup dengan mengirim e-mail, atau sms saja sudah cukup. Dasarnya memang untuk
mempermudah pekerjaan manusia. Maka dari itu banyak orang yang mempelajari teknologi
komunikasi secara mendetail karena jaman sekarang teknologi bukan lagi barang
mewah, melainkan barang wajib yang harus diketahui semua kalangan. Dari sini
muncul pemahaman baru, yaitu globalisasi yang menggunakan perkembangan informasi
dan komunikasi sebagai kendaraan utamanya. Dengan dukungan teknologi komunikasi,
berbagai informasi, baik positif maupun negatif, dengan mudah disebarluaskan
kesemua belahan dunia. Ini cenderung memiliki dua akibat, yaitu dinilai dari
sisi positif dan negatif.
Memang
pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, yang ingin selalu berkomunikasi
satu dengan yang lain. Dari sisi ini, manusia cenderung untuk memiliki kawan
sebanyak-banyaknya. Tentu ini sisi positif dari perkembangan jaman, dimana
berbicar bahkan bertatap muka tidak harus berdekatan, mengetahui kabar tidak
harus menunggu lama. Semua serba cepat dan mudah, begitupun dengan arus
informasi yang memanfaatkan jaringan internet. Kita tidak harus pergi ke
perpustakaan untuk membaca buku, tidak harus menawarkan barang dari rumah
kerumah untuk memulai suatu usaha. Itu akan memperluas pandangan atau cara
berfikir kita tentang memahami tatanan kehidupan. Dilihat dari semua manfaat
diatas bukan berarti tanpa masalah, seperti yang kita tahu, globalisasi mampu
melampaui budaya suatu bangsa bahkan mampu menggesernya sedikit demi sedikit. Dalam
pandangan lain manusia adalah makhluk visual, artinya yang ia lihat ialah yang
ia praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Semakin banyak arus informasi yang
ia serap, mungkin semakin banyak yang ia pelajari bagaimana cara menjalani
kehidupan menurut pola pikirnya. Arus informasi yang masuk dari dunia luar
perlahan tapi pasti membaur bahkan menggeser suatu kebudayaan yang ada di suatu
bangsa. Seperti yang kita lihat, bagaimana gaya berbahasa dan berpakaian anak
muda sudah mengadopsi budaya barat yang terkenal bebas tanpa batasan aturan
etika yang ada. Berbanding terbalik dengan budaya timur yang tidak bebas,
memiliki banyak aturan serta kekangan yang berciri kaku atau tidak fleksibel
bersifat religious dan mengikutsertakan nenek
moyang didalam kehidupan sehari-hari.
Tidak
hanya sebatas cara berbahasa atau berpakaian, tapi terlebih lagi mengaplikasi
kehidupan individualisme yang diusung masyarakat berbudaya barat. Berkomunikasi
dengan objek yang jauh serta mengabaikan yang ada disekitarnya. Seperti yang
kita lihat, umumnya manusia di kota besar sibuk sendiri dengan kegiatan yang ia
miliki. Mereka cenderung acuh atas apa yang terjadi di sekitarnya. Mengusung kebebasan
sebagai pedomannya, mereka agak risih bergaul dengan tetangganya sendiri, atau
tidak mau berkawan dengan yang tidak sejalan dengan pemikirannya dengan alas an
temen gue bukan lo doang kale. Ini bertentangan dengan budaya timur yang
cenderung mau berkawan dengan siapa saja, memiliki keramahan dengan sesame, dan
sangat peduli atas apa yang sekitarnya perbuat. Belum lagi perubahan norma
asusila yang terjadi pada remaja jaman sekarang. Video porno dapat dengan mudah
di akses oleh semua umur. Ini menjadikan pergeseran norma asusila yang ada di
masyarakat. Sebagai contoh dahulu berciuman bagi yang belum nikah dianggap tabu
tetapi sekarang dianggap wajar, terlebih lagi dahulu pacaran itu untuk anak
yang sudah siap menikah serta sudah bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, tetapi
sekarang anak SMP yang seharusnya terkonsentrasi pada kegiatan menuntut ilmu
harus rela membagi pikirannya untuk dia yang ia sebut kekasih atau pacar.
Informasi
dari budaya yang begitu agresif membuat filter atau penyaring yang dibekali
oleh orang tua dan gurunya seolah tidak efektif menangkalnya. Memang tak bisa
dipungkiri semua yang ada di dunia itu pasti memiliki sisi positif dan negatif
tersendiri, seperti sebuah benda yang terkena cahaya, pasti ada bagian yang
tersinari dan pasti ada sisi gelap yang tidak terkena cahaya sama sekali. Tergantung
bagaimana kita menyikapinya, mau tak mau kitalah selaku objek dari perkembangan
teknologi informasi dan komunikasilah yang harus bisa memilah baik atau
buruknya demi kebaikan kita sendiri. Perkembangan teknologi memang banyak
manfaatnya terutama membuat pemikiran kita menjadi luas dan berwawasan, tetapi
jangan lupa dengan sisi negatif yang sering mempengaruhi budaya suatu bangsa.